Di situlah saya mengenal akan adanya ‘sekolah
bahasa Jepang’ yang berlokasi di the Land
of the Rising Sun itu sendiri. Tanpa basa-basi, selulus SMA saya langsung
mendaftarkan diri ke sekolah Bahasa Jepang, yakni Kyoto Institute of Culture and Language- disingkat KICL, yang
terletak di kota Kyoto, Jepang. Berbekal Bahasa Jepang yang berantakan dan
setengah-setengah, hari-hari awal saya di Jepang ribet bukan main. Apalagi,
karena saya berusia di bawah 20 tahun at
that time, it made matters worse. Terutama kontrak handphone. Tapi, entah bagaimana caranya, saya berhasil
melewatinya. Mungkin karena saya sibuk menikmati pemandangan dan perasaan
berada di negeri lain. Di kelas bahasa Jepang, saya heran: Kok saya bisa
mengerti pelajaran yang disampaikan para sensei
(guru), meskipun mereka full memakai
Bahasa Jepang dalam mengajar? Masih menjadi misteri sampai hari ini. Untuk soal
tempat tinggal, untungnya KICL menyediakan fasilitas student dorms bagi para pelajar asing yang tidak tahu apa-apa soal
kontrak tempat tinggal. Tetapi, tentunya, karena dorms tersebut di prioritaskan untuk murid yang baru datang,
setelah 6 bulan (jika ingin belajar lebih lama dari 6 bulan), kita diharuskan
untuk mencari tempat tinggal lain. Tapi tenang saja, di situ pun KICL
menyediakan support dalam bentuk
mengenalkan kita dengan agensi pengontrakan apartemen.
Meskipun saya belum tahu sedikitpun cara
untuk masuk kuliah di sini, saya berpasrah, go
with the flow untuk sementara, dan terus belajar di KICL. Of course, saya juga mendapatkan teman
dari berbagai macam negara. Australia, Brazil, Taiwan, Thailand, Spain, you name it. Mengenai masalah kuliah,
untungnya KICL juga menyediakan berbagai macam bantuan untuk berbagai macam
alasan orang belajar ke Jepang. Bagi yang ingin masuk universitas atau
perguruan tinggi, ataupun yang ingin mencari kerja, segala macam support tersedia bagi kita para pelajar
asing. Bagi saya, tahap selanjutnya adalah untuk mencoba Exam for Japanese Universities (disingkat EJU). Umumnya, para murid
belajar untuk entah EJU atau JLPT (Japanese
Language Proficiency Test – N5, N4, N2, dsb), karena dua hal tersebut
adalah bukti kemampuan kita dalam berbahasa Jepang. Biasanya, kedua hal
tersebut dipakai saat mendaftar kuliah maupun kerja. Tergantung tempatnya, bukti
yang dibutuhkan juga berbeda-beda. Selama kurang lebih 6 bulan, saya melakukan
banyak research mengenai tempat perkuliahan
di sekitar daerah Kansai. Untungnya, selain kelas biasa, KICL juga menyediakan
kelas khusus untuk fokus dalam pembelajaran EJU maupun JLPT. Dengan bantuan
kelas EJU yang disediakan KICL, dalam waktu yang singkat tersebut- Oktober 2017
sampai Juni 2018- saya mendapatkan hasil di atas nilai rata-rata 200, dan bagi
saya itu sangatlah lebih dari memuaskan.
Karena penanggalan semester
Jepang berbeda dengan Indonesia, saya mau tidak mau harus menunggu sampai April
tahun berikutnya untuk dapat masuk college
yang saya inginkan. Sembari itu, saya memutuskan untuk terus meningkatkan
kemampuan Bahasa Jepang saya hingga level tertinggi di KICL, yakni Advanced 2 (Joukyuu 2). Pengalaman belajar di sekolah Bahasa Jepang dengan
teman-teman baru dari berbagai macam negara, adalah satu setengah tahun yang
tidak akan saya lupakan untuk seumur hidup. Tetapi, all things come to an end, dan saya menemukan diri saya terdampar
(lagi) di tempat baru- kali ini, di kelilingi bukan oleh sesama pelajar luar
negeri, tetapi oleh pelajar orang Jepang. Saya di terima di sebuah sekolah
kejuruan (senmongakkou) IT dan game bernama HAL yang terletak di kota
Osaka, dan as of Juni 2019, disitulah
saya sekarang. Di sini lah saya sangat bersyukur menempuh pembelajaran di KICL
hingga kelas Advanced- tanpanya,
kemungkinan besar saya akan kewalahan dalam mengikuti
pelajaran di HAL mengenai IT dan teknologi yang, tentu saja, sepenuhnya
menggunakan Bahasa Jepang. Kedepannya, saya berencana untuk mencari kerja di
perusahaan game ternama di Jepang,
dan mewujudkan mimpi saya dengan menggunakan segala kemampuan yang telah saya
pelajari selama hidup saya, termasuk kemampuan berbahasa Jepang yang telah
diajarkan KICL.
Pesan saya bagi kalian yang berencana bersekolah ke Jepang, ataupun bagi kalian yang memikirkan untuk bersekolah ke Jepang, yang pertama adalah jangan takut untuk mencoba. Beberapa kali saya berpikiran bahwa saya terlalu cepat dalam hal pergi bersekolah ke luar negeri – apa seharusnya saya menunggu setelah selesai menempuh S1 di Indonesia dulu, baru mengambil S2 di Jepang. Tapi, sekarang, saya sama sekali tidak menyesal. Some things, you just have to try it out first, sebelum tahu dengan pasti apa yang akan terjadi. Kedua, ingat baik-baik alasan kalian pergi ke Jepang. Apakah untuk kerja? Atau untuk belajar? Saran saya adalah, jika memang kalian datang ke Jepang untuk menempuh ilmu, focus on that. Kerja part-time boleh, tapi jangan jadikan itu prioritas. Oh iya, bagi yang belum pernah tinggal sendiri sebelumnya, saya sangat merekomendasikan pergi bersama dengan setidaknya satu orang teman. It gets lonely. Meskipun pada akhirnya universitas kami beda, saya sangat, sangat bersyukur memulai perjalanan bersekolah di luar negeri saya di KICL bersama seorang teman SMA. Terakhir, ingatlah selalu untuk menikmati pengalaman kalian. Baik pahit maupun bahagia, pastikan kalian menikmati every last bit of it tanpa stress. Pada akhirnya, pengalaman bersekolah ke luar negeri akan menjadi sebuah kenangan yang tak akan terlupakan untuk seumur hidup kalian.
Sekian dari saya, be seeing you
guys! Sampai jumpa di Jepang!
0 件のコメント:
コメントを投稿