Pengalaman Bersekolah di Jepang

2019年7月11日木曜日

Bahasa Indonesia

t f B! P L


    Kalau berbicara soal ‘bersekolah ke luar negeri’, pasti yang ada di pikiran kita semua adalah ‘Kenapa?’. Kenapa, jauh-jauh ke tanah asing yang berada ribuan kilometer jauhnya sama Tanah Air, tanpa ada jaminan bahwa semua ini bakal worth it? Yah... saya hanya bisa bilang, meskipun terdengar agak childish, mengejar mimpi. Alasan saya pergi ke Jepang adalah, untuk mengejar mimpi itu. Mimpi yang cukup sederhana, tapi di saat yang sama, kompleks. Saya, seorang bocah yang sangat menyukai game dari kecil, ingin membuktikan ke dunia bahwa game bukanlah hanya sekadar permainan dan media untuk menghabiskan waktu. Tidak, game itu lebih dari itu. Dalam proses pembuatan game, sangat banyak teknologi yang terlibat – apa itu komputer, bagaimana alat tersebut dapat membentuk dunia dalam game seolah nyata, dan seterusnya. Menurut saya, hanya beberapa tempat di dunia- bisa dibilang jantung dari industry game - yang dapat secara efektif mengajar saya dalam membuat game. Kalau nggak Amerika, ya Jepang. Kebetulan, meskipun cukup mahir berbahasa Inggris, saya dari dulu juga sangat menyukai Jepang dan budaya-budaya nya, jadi tidak sulit membuat pilihan. Bagian sulitnya adalah, saya harus menempa kemampuan berbahasa Jepang dalam waktu singkat.
Di situlah saya mengenal akan adanya ‘sekolah bahasa Jepang’ yang berlokasi di the Land of the Rising Sun itu sendiri. Tanpa basa-basi, selulus SMA saya langsung mendaftarkan diri ke sekolah Bahasa Jepang, yakni Kyoto Institute of Culture and Language- disingkat KICL, yang terletak di kota Kyoto, Jepang. Berbekal Bahasa Jepang yang berantakan dan setengah-setengah, hari-hari awal saya di Jepang ribet bukan main. Apalagi, karena saya berusia di bawah 20 tahun at that time, it made matters worse. Terutama kontrak handphone. Tapi, entah bagaimana caranya, saya berhasil melewatinya. Mungkin karena saya sibuk menikmati pemandangan dan perasaan berada di negeri lain. Di kelas bahasa Jepang, saya heran: Kok saya bisa mengerti pelajaran yang disampaikan para sensei (guru), meskipun mereka full memakai Bahasa Jepang dalam mengajar? Masih menjadi misteri sampai hari ini. Untuk soal tempat tinggal, untungnya KICL menyediakan fasilitas student dorms bagi para pelajar asing yang tidak tahu apa-apa soal kontrak tempat tinggal. Tetapi, tentunya, karena dorms tersebut di prioritaskan untuk murid yang baru datang, setelah 6 bulan (jika ingin belajar lebih lama dari 6 bulan), kita diharuskan untuk mencari tempat tinggal lain. Tapi tenang saja, di situ pun KICL menyediakan support dalam bentuk mengenalkan kita dengan agensi pengontrakan apartemen.
Meskipun saya belum tahu sedikitpun cara untuk masuk kuliah di sini, saya berpasrah, go with the flow untuk sementara, dan terus belajar di KICL. Of course, saya juga mendapatkan teman dari berbagai macam negara. Australia, Brazil, Taiwan, Thailand, Spain, you name it. Mengenai masalah kuliah, untungnya KICL juga menyediakan berbagai macam bantuan untuk berbagai macam alasan orang belajar ke Jepang. Bagi yang ingin masuk universitas atau perguruan tinggi, ataupun yang ingin mencari kerja, segala macam support tersedia bagi kita para pelajar asing. Bagi saya, tahap selanjutnya adalah untuk mencoba Exam for Japanese Universities (disingkat EJU). Umumnya, para murid belajar untuk entah EJU atau JLPT (Japanese Language Proficiency Test – N5, N4, N2, dsb), karena dua hal tersebut adalah bukti kemampuan kita dalam berbahasa Jepang. Biasanya, kedua hal tersebut dipakai saat mendaftar kuliah maupun kerja. Tergantung tempatnya, bukti yang dibutuhkan juga berbeda-beda. Selama kurang lebih 6 bulan, saya melakukan banyak research mengenai tempat perkuliahan di sekitar daerah Kansai. Untungnya, selain kelas biasa, KICL juga menyediakan kelas khusus untuk fokus dalam pembelajaran EJU maupun JLPT. Dengan bantuan kelas EJU yang disediakan KICL, dalam waktu yang singkat tersebut- Oktober 2017 sampai Juni 2018- saya mendapatkan hasil di atas nilai rata-rata 200, dan bagi saya itu sangatlah lebih dari memuaskan.
    Karena penanggalan semester Jepang berbeda dengan Indonesia, saya mau tidak mau harus menunggu sampai April tahun berikutnya untuk dapat masuk college yang saya inginkan. Sembari itu, saya memutuskan untuk terus meningkatkan kemampuan Bahasa Jepang saya hingga level tertinggi di KICL, yakni Advanced 2 (Joukyuu 2). Pengalaman belajar di sekolah Bahasa Jepang dengan teman-teman baru dari berbagai macam negara, adalah satu setengah tahun yang tidak akan saya lupakan untuk seumur hidup. Tetapi, all things come to an end, dan saya menemukan diri saya terdampar (lagi) di tempat baru- kali ini, di kelilingi bukan oleh sesama pelajar luar negeri, tetapi oleh pelajar orang Jepang. Saya di terima di sebuah sekolah kejuruan (senmongakkou) IT dan game bernama HAL yang terletak di kota Osaka, dan as of Juni 2019, disitulah saya sekarang. Di sini lah saya sangat bersyukur menempuh pembelajaran di KICL hingga kelas Advanced- tanpanya, kemungkinan besar saya akan kewalahan dalam mengikuti pelajaran di HAL mengenai IT dan teknologi yang, tentu saja, sepenuhnya menggunakan Bahasa Jepang. Kedepannya, saya berencana untuk mencari kerja di perusahaan game ternama di Jepang, dan mewujudkan mimpi saya dengan menggunakan segala kemampuan yang telah saya pelajari selama hidup saya, termasuk kemampuan berbahasa Jepang yang telah diajarkan KICL.
  

    Pesan saya bagi kalian yang berencana bersekolah ke Jepang, ataupun bagi kalian yang memikirkan untuk bersekolah ke Jepang, yang pertama adalah jangan takut untuk mencoba. Beberapa kali saya berpikiran bahwa saya terlalu cepat dalam hal pergi bersekolah ke luar negeri – apa seharusnya saya menunggu setelah selesai menempuh S1 di Indonesia dulu, baru mengambil S2 di Jepang. Tapi, sekarang, saya sama sekali tidak menyesal. Some things, you just have to try it out first, sebelum tahu dengan pasti apa yang akan terjadi. Kedua, ingat baik-baik alasan kalian pergi ke Jepang. Apakah untuk kerja? Atau untuk belajar? Saran saya adalah, jika memang kalian datang ke Jepang untuk menempuh ilmu, focus on that. Kerja part-time boleh, tapi jangan jadikan itu prioritas. Oh iya, bagi yang belum pernah tinggal sendiri sebelumnya, saya sangat merekomendasikan pergi bersama dengan setidaknya satu orang teman. It gets lonely. Meskipun pada akhirnya universitas kami beda, saya sangat, sangat bersyukur memulai perjalanan bersekolah di luar negeri saya di KICL bersama seorang teman SMA. Terakhir, ingatlah selalu untuk menikmati pengalaman kalian. Baik pahit maupun bahagia, pastikan kalian menikmati every last bit of it tanpa stress. Pada akhirnya, pengalaman bersekolah ke luar negeri akan menjadi sebuah kenangan yang tak akan terlupakan untuk seumur hidup kalian.
Sekian dari saya, be seeing you guys! Sampai jumpa di Jepang!

Translate

Applications

入學募集要項

Popular Entries / 人気の記事

KICL Official Homepage

Facebook

QooQ